EENET asia Newsletters : Kwartal ke-4 2007 / Kwartal ke-1 2008
Memampukan Pendidikan Untuk Anak Tunarungu
Semua anak berhak untuk mendapat pendidikan. Sangatlah penting mengizinkan anak tunarungu untuk mengembangkan kecakapan komunikasi dengan anak lain yang dengan dan tanpa tunarungu.
Anak mulai belajar di dalam dan dari keluarga dan masyarakat mereka. Dengan mengamati bagaimana anak dan orang lain berbicara, bermain dan bekerja sama, anak belajar bagaimana dapat berhubungan baik dengan lainnya. Ketika anak berpartisipasi di dalam keluarga dan masyarakat, mereka juga belajar tentang emosi dan membangun kecakapan sosial.
Tanda-tanda peringatan kemungkinan tunarungu [1]:
- Kurang perhatian
- Perkembangan bicara yang kurang
- Kesulitan mengikuti instruksi
- Menanggapi lebih baik pada pekerjaan tugas ketika guru tersebut cukup dekat dengan si anak atau lebih baik pada tugas menulis daripada tugas lain yang memerlukan respons secara lisan
- Anak mengamati apa yang sedang dilakukan teman lainnya sebelum mulai pekerjaannya sendiri [mencari petunjuk]
- Meminta temannya dan guru untuk berbicara lebih keras
- Menjawab tidak tepat atau gagal untuk menjawab
- Anak mungkin kelihatan malu, menarik diri atau terlihat keras kepala dan tidak menurut
- Menolak untuk berpartisipasi dalam aktivitas lisan, tidak tertawa terhadap lelucon
- Sering mengeluh sakit telinga, pilek, radang tenggorokan
Memasukkan anak tunarungu di sekolah akan meningkatkan kemampuan mereka dalam berkomunikasi, khususnya dengan belajar membaca dan menulis, hal ini sering dapat menjadi satu cara mereka berkomunikasi dengan orang lain yang tidak mengetahui bahasa isyarat atau mengerti bicara mereka.
Membaca dapat membantu anak tunarungu mengerti ide, emosi dan pengalaman orang lain. Menulis membantu untuk berkomunikasi, berbagi pikiran dan emosi mereka.
Penting juga menyediakan pendidikan untuk anak perempuan. Sering kali anak perempuan tunarungu ditahan di rumah untuk melakukan pekerjaan rumah. Tetapi semua anak perempuan - juga yang tunarungu - perlu belajar ketrampilan supaya mereka aman dan dapat mengambil bagian di masyarakat. Mereka mempunyai hak untuk mengetahui hak mereka, di dalam dan melalui pendidikan mereka dapat bekerja dan hidup berguna dan mandiri sebagai seorang dewasa.
Tidak ada kesepakatan umum mengenai apa yang terbaik untuk anak tunarungu: belajar di sekolah umum, belajar di sekolah luar biasa belajar di sekolah asrama atau bahkan kesepakatan apakah mereka harus belajar berbicara atau melalui bahasa isyarat, atau berbicara dan menggunakan ejaan huruf tangan. Mereka dapat menggunakan bahasa isyarat, gerak-gerik, gambar, bahasa bibir, bicara dan membaca serta menulis. Sangatlah penting mempertimbangkan individu anak dan kebutuhan mereka serta apa yang diperlukan dalam konteks di masyarakat atau sekolah.
Mengajar anak dengan dan tanpa tunarungu di kelas yang sama sering kali menjadi satu cara masyarakat dalam mendidik anak tunarungu. Penting juga mempersiapkan yang lainnya di sekolah seperti para guru dan murid lainnya tentang tunarungu dan tentang bagaimana cara anak ini belajar adalah dengan melihat sebaik-baiknya. Dengan cara ini semua orang di sekolah dapat bersiap menyambut anak-anak tunarungu. Beberapa sekolah lokal mengajarkan bahasa isyarat kepada semua orang dengan demikian anak tunarungu tidak ada yang tertinggal.
Contoh Huruf-huruf Isyarat |
Sekolah Inklusif Masyarakat | |
Manfaat | Tantangan |
Anak tunarungu dapat terus tinggal dirumah dengan keluarganya. | Diejek dan diabaikan oleh anak lain. |
Seringkali lebih murah. | Kurang pengetahuan antara guru tentang bagaimana cara terbaik mengajar anak dengan kemampuan dengan yang berbeda. |
Anak tunarungu dapat tetap menjadi bagian dari masyarakat umum. | Mungkin tidak cukup orang fasih dalam bahasa isyarat untuk belajar bahasa lengkap. Perkembangan mental anak dapat terganggu. |
Mendukung anak tunarungu ke dalam sekolah umum sangat penting. Dengan dukungan ini [termasuk alat bantu seperti alat bantu dengar] seorang anak tunarungu dapat belajar sama seperti anak lainnya.
Apabila seorang anak dapat sedikit mendengar atau membaca bibir, suara ribut di dalam kelas harus dibuat sekecil mungkin, anak dapat duduk dekat dengan guru dan guru ini harus berhadapan langsung dengan anak ketika berbicara. Juga penting untuk mengecek pandangan mata si anak.
Tunarungu dewasa dapat menolong guru dan murid lainnya dalam belajar bahasa isyarat. Mereka juga dapat menolong guru dengan membantu anak tunarungu di dalam kelas.
Banyak orang berpikir bahwa seorang guru khusus adalah guru terbaik untuk anak tunarungu. Ini tidak selalu benar. Pelatihan mengenai tunarungu tidak selalu membuat seorang guru lebih baik. Seorang guru yang dilatih untuk mengajar anak tunarungu bisa menjadi narasumber untuk guru lainnya. Guru ini dan guru lain yang mengajar anak yang ‘mendengar’ dapat saling belajar dan bekerja satu sama lainnya. Pengalaman berbagi ini dapat bermanfaat bagi semua anak!
Banyak asosiasi lokal atau nasional, atau organisasi pemerintah, agama, masyarakat atau bantuan mulai dengan sekolah khusus yang sering mempunyai asrama untuk anak tunarungu. Ketika anak belajar di sekolah semacam ini, mereka menjadi bagian sebuah masyarakat anak yang kemungkinan diisolasi dari sekelilingnya dan mereka sering kali belajar bahasa isyarat, serta kecakapan untuk bekerja apabila usia tua nanti.
Kelas atau Sekolah terpisah | |
Manfaat | Tantangan |
Kesediaan guru dengan pelatihan khusus untuk mengajar anak tunarungu. | Anak mungkin tidak cukup belajar bagaimana hidup dan berinteraksi dengan orang yang berada di ‘dunia mendengar’. |
Anak mungkin merasakan kurang gangguan sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan lainnya di sekeliling mereka. | Sekolah ini bisa jauh letaknya dan mahal. |
Banyak kesempatan anak untuk bermain, belajar dan mengembangkan ketrampilan sosial dan menjalin pertemanan. | Sebuah kelas dapat berisi anak dengan beraneka tingkat kelas dan umur, dengan demikian membuat para guru mengalami kesulitan untuk mempertemukan kebutuhan yang berbeda dari semua anak. |
Banyak anak yang memerlukan bantuan untuk belajar hal yang sulit. Anak tunarungu sering kali memerlukan ekstra bantuan untuk belajar kecakapan seperti membaca dan menulis. Anak dengan dan tanpa tunarungu, tua dan muda dapat saling menolong satu sama lainnya dan membuat nyaman di sekolah.
Anak tunarungu dapat berhasil ketika orang tua, sekolah dan masyarakat bekerja sama untuk menciptakan sebuah lingkungan yang positif untuk semua murid.
[1] UN
ESCO (2003) “Understanding and responding to children’s needs in inclusive classrooms” Guide for teachers]
Di adaptasi dari: “Helping children who are deaf” [2004], Yayasan Hesperian
www.hesperian.org/publications_download_deaf.php
EENET asia Newsletters : Kwartal ke-4 2007 / Kwartal ke-1 2008